9jqevJBodSbbMfiMLP15Z2iuLHJ07dWxMRgBhW0R
Bookmark

Cara mentakhrij Hadits dengan mudah



    Takhrij hadits biasa juga di lakukan oleh para mahasiswa jurusan hadits untuk tugas keperluan kuliah.


Berikut adalah cara mentakhrij hadits:


1. membuat judul A. Yang berjudul Teks dan terjemahan hadits.


Contoh:


حدثنا بشر بن المفضل حدثنا عمارة بن غزية عن يحيى بن عمارة قال سمعت أبا سعيد يقول قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لقنوا موتاكم قول لا إله إلا الل


     Artinya: Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Al Mufadldlal berkata: telah menceritakan kepada kami Umarah bin Ghaziyah dari Yahya bin Umara berkata: aku mendengar Abu Sa'id berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Talqinlah orang yang akan meninggal di antara kalian untuk membaca LAA ILAAHA ILLAALLAH."



2.membuat jalur perawi


Abu Sa'id → Yahya bin Umara → Umarah bin Ghaziyah → Bisyr bin Al Mufadhol    → Imam Ahmad Bin Hanbal.


Nb:kalian bisa juga membuatnya dengan gambar diagram, contohnya ada di word yang berada di ujung artikel.


 

3. Membuat biografi singkat setiap perawi. ( B. Biografi singkat)


    Yaitu dengan meneliti biografi setiap perawi hadits beserta catatan kaki referensinya.


Contoh:


Abu Sa’id Al Khudriy


   Said Bin Malik Bin Sinan Bin Ubaid Bin salabah Bin Ubaid Bin Abjar, Beliau adalah Sahabat nabi dari golongan Anshor, Abu Sa’id Al Khudriy hidup di Madinah dan meninggal di Madinah Pada Tahun 74 Hijriah.


   Beliau mengambil riwayat  Hadist di antaranya kepada: Nabi Muhammad Saw, Jabir Bin Abdilla, Zaid Bin Stabit, Abdullah Bin Salam, Abdullah Bin Abbas, Ustman Bin Affan, Umar Bin Khotab, Ali Bin abi Tholib, Abu bakar Asshidiq, Abi qotadah Al Anshoriy.



    Yang meriwayatkan dari Abu Sa’id Al Khudriy di antaranya:


            Biir Bin said, Jabir Bin Abdillah, Hasan Al Basriy, Daud astaqapi, Zaid Bin Stabit, Said Bin Harist, sulaiman Bin Yasar, Atho Bin Yasar.



4. mengambil kesimpulan dari penelitian takhrij Hadits. ( C. Kesimpulan)


    Yaitu dengan mengambil apakah kedudukan hadits tersebut Shohih, dhoif, bahkan Maudhu’ dengan mengetahui kedudukan tiap perawi sebagaimana yang kalian pelajari di Mustalah Hadits.


Contoh:

    Setelah melakukan penelitian sanad dari hadist tentang Menalqin orang yang mau meninggal dengan Kalimat LAA ILAAHA ILLAALLAH." Maka dapat disimpulkan Hadist ini berkedudukan Hasan, karena adanya perawi Umarah bin Ghaziyah yang di komentari Ulama dengan Shaduq, walaupun Imam Ahmad Bin Hambal Mentsiqahkannya, karena kebanyakannya para ulama tidak menstiqahkan Umarah bin Ghaziyah, hanya Imam Ahmad bin hambal yang menstiqahkannya sedangkan tiga ulama tidak menstiqahkan Umarah bin Ghaziyah.


 lihat contoh versi Pdf di bawah:

 

Post a Comment

Post a Comment