9jqevJBodSbbMfiMLP15Z2iuLHJ07dWxMRgBhW0R
Bookmark

Kedudukan antara seorang guru dan Orang tua

 


     Telah datang pada kita hadits pada kita “Belajarlah ilmu dan ajarkanlah, dan merendah dirilah pada orang yang mengajarkanmu ilmu padamu!”


      Imam Nawawi mengatakan “hendaknya bagi seorang pelajar untuk merendah diri pada orang yang mengajarinya ilmu dan menjaha adab. Walaupun gurunya lebih muda darinya, tidak terkenal seperti dirinya dan sebaik nasabnya. Maka dengan rendah hatinyalah ia mendapatkan ilmu”.


     Dikatakan dalam sya’ir : “Ilmu itu musuhnya seorang pemuda yang sombong sebagaimana air tidak akan mengalir ke tempat yang tinggi”.


      Imam Ali Bin Hasan Al-‘Athos : “Sesungguhnya yang didapat ilmu, kefahaman, dam cahaya -yang dimaksud adalah tersingkapnya hijab- semua itu tergantung bagaimana adabnya pada gurunya, sebesar apa ia membesarkan gurunya didalam hati, maka sebesar itulah dirinya disisi Allah”.


       Maka sebesar apapun nilai guru dihatimu, sebesar itulah nilaimu disisi Allah. Maka semakin besar gurumu dihatimu, semakin besar engkau di sisi Allah.


     Al-Habib Zein Bin Ibrahim Bin Sumaith kemudian bercerita mengenai kedua anak khalifah Harun Ar-Rasyid bernama Al-Amin dan Al-Ma’mun berebut mengambil dan menyiapkan kedua sandal guru mereka syekh Ali Bin Hamzah Al-Kisaiy untuk memakaikannya pada beliau. Kemudian beliau berkada pada kedua muridnya setelah itu “Satu orang satu sandal !”.


      Lihat bagaimana kedua murid ini merendah diri dan beradab kepada gurunya sendangkan mereka merupakan anaknya seorang kholifah.


     Diriwayatkan dalam hadits : “Ayahmu itu ada tiga ; Pertama, ayahmu yang membuatmu terlahir di dunia ini; Kedua, orang yang menikahkanmu dengan putrinya (mertua); Ketiga, orang yang mengajarimu ilmu, ialah yang paling afdhol”.


     Banyak orang yang mempermasalahkan hadist ini, kecemburuan seorang ayah pada kedudukan guru yang lebih utama darinya. Bagaimana mungkin seorang ayah yang membesarkan dan membiayai anaknya sejak kecil bisa kalah keutamaannya padahal baru bertemu dengan gurunya.


     Abuya pernah menjawab permasalahan ini. Beliau mengatakan bahwa yang dimaksud dengan guru disini adalah guru yang mengajarkannya ilmu syari’at dan menjaganya dari penyakit dzohir dan batin.


     Seorang ayah menyelamatkan anaknya dari kesengsaraan dunia sedangkan seorang syekh murabbi (guru) menjaga muridnya dari kesengsaraan akhirat. Oleh karena itulah seorang guru lebih diutamakan dari ayah kandung.

Post a Comment

Post a Comment