9jqevJBodSbbMfiMLP15Z2iuLHJ07dWxMRgBhW0R
Bookmark

Sekilas Manaqib Datu Sapat (Syekh Abdurrahman Siddiq)

 

Makam datu sapat - Google Maps sumber: diana Ayulestari

     Syekh Abdurrahman Siddiq atau yang lebih dikenal dengan sebutan Datu Sapat, dilahirkan di desa dalam pagar Martapura, Kalimantan Selatan, ayahnya bernama Syekh Muhammad Afif atau yang lebih dikenal dengan sebutan Datu Landak, sedangkan ibunya bernama Syafura binti Mufti H.Muhammad Arsyad, yang bergaris keturunan Syekh Datuk Arsyad Al Banjari.


Pendidikan Syekh Abdurrahman Siddiq


     Pada usia 3 bulan ibunya Datu Sapat meninggal dunia, akhirnya sang nenek lah yang merawat Datu Sapat ketika berumur satu tahun, disinilah beliau dididik oleh sang nenek membaca Alquran dan ilmu keagamaan, sang nenek bernama Ummu Salamah Beliau memiliki pengetahuan yang mendalam tentang ilmu agama.


     Setelah beranjak dewasa Syekh Abdurrahman Siddiq melanjutkan belajarnya ke guru-guru di Desa dalam pagar, diantara guru-gurunya:

KH. Muhammad Said Wali,KH. Muhammad Khatib,KH. Abdurrahman Muda.


     Tahun 1887 masehi beliau melanjutkan pendidikannya ke kota Mekah, dan tinggal di Mekah selama kurang lebih sekitar 7 tahun, 5 tahun untuk belajar dan 2 tahunnya beliau mengajar di Masjidil Haram.


Diantara guru-guru Syekh Abdurrahman Siddiq ketika belajar di Mekah:


Sayyid Bakri Syatha,Sayyid Ahmad Zaini Dahlan,Syekh Muhammad Sa'id Ba Bashil,Syekh Nawawi Al-Bantani.


Perginya Syekh Abdurrahman Siddiq ke Sumatera


     Setelah satu tahun lamanya Syekh Abdurrahman Siddiq tinggal di Kota Martapura, maka beliau memutuskan untuk pindah ke Sumatera bersama keluarganya, beliau pindah ke desa yang bernama sapat, desa yang dulunya sepi sekarang sudah ramai disebabkan Syekh Abdurrahman tinggal di situ, hal tersebut membuat masyarakat berdatangan untuk belajar ilmu agama kepada Syekh Abdurrahman Siddiq.


     Dari Desa itulah Syekh Abdurrahman Siddiq dikenal dengan sebutan Datu Sapat, Beliau juga menjadi Mufti di kerajaan Indragiri, walaupun pada awalnya beliau menolak untuk dijadikan Mufti, tetapi karena alasan untuk umat,akhirnya beliau menerima.


     Beliau tidak pernah mengambil gaji dari pemerintahan Indragiri menurut beberapa sumber, malahan gajinya beliau dibagikan kepada para masyarakat yang membutuhkan.


Kitab karangan Syekh Abdurrahman Siddiq


Syekh Abdurrahman Siddiq memiliki beberapa karangan kitab diantaranya:


1. Aqa'idul Iman

2. Fathul Alim

3. Amal Ma'rifat

4. Maw'izha lin Nafsi

5. Majmu'ul Ayat wal Hadits

6. Takmilah Qawlul Mukhtashar

7. Asrarus Shalah

8. Kumpulan Khutbah Jum'ad dan Dua Hari Raya

9. Bay'ul Hayawan lil Kafirin

10.Kitabul Fara'idh

11.syair Ibarat Khabar Kiamat

12.Syajarah al-Arsyadiyyah

13.Pelajaran Agama Islam Untuk Anak-Anak


Kewafatan Syekh Abdurrahman Siddiq


     Untuk terakhir kalinya Syekh Abdurrahman Siddiq berangkat ke Martapura untuk menziarah kubur Datunya, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.


    Setelah pulang dari berziarah ke makam Datu nya Syekh Abdurrahman Siddiq mulai sakit, dan meninggal pada hari Senin 4 Sya'ban 1356 Hijriah bertepatan 10 Maret 1939 M.


     Syekh Abdurrahman Siddiq dimakamkan di Kuala Indragiri, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau.


     Dan hingga saat ini masih ramai penziarah yang berdatangan ke kubur beliau, khususnya dari orang-orang Kalimantan.


Makam datu sapat - google Maps sumber: sinta agustina
Post a Comment

Post a Comment