9jqevJBodSbbMfiMLP15Z2iuLHJ07dWxMRgBhW0R
Bookmark

Kisah pertemuan Syekh Kholil Bangkalan dengan Nabi Khidir

 


     Syekh Kholil bangkalan, adalah salah satu ulama masyhur yang berada di Pulau Jawa, makamnya selalu ramai dengan para penziarah yang datang dari berbagai daerah di Indonesia, beliau lebih dikenal dengan panggilan Mbah Kholil.


     Pada hari itu Mbah Kholil sedang menerima para tamunya dan duduk bersama mereka sambil meminum secangkir kopi, secara tiba-tiba datanglah seorang tamu yang berpakaian lusuh dan duduk dihadapan Mbah Kholil, hal tersebut membuat para tamu terheran-heran bahkan ada di antara para tamu yang geram dengan kelakuan orang yang berpakaian lusuh tersebut.


     Tanpa izin dan bicara sedikitpun kepada Mbah Kholil, orang yang berpakaian lusuh langsung saja meminum kopi Mbah Kholil, akan tetapi Mbah Kholil membiarkannya saja tanpa menegur, bahkan beliau tanpal menundukkan pandangannya dan tidak menatap orang yang meminum kopinya tersebut.


     Para tamu yang sudah mulai geram ada yang memberanikan diri untuk mencegah lelaki tersebut serta ingin mengusirnya, tetapi ditegur oleh Mbah Kholil dengan isyarat tangan.


     Setelah meminum kopi Mbah Kholil, lelaki yang berpakaian sangat lusuh keluar dari rumah mbah Kholil tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.


     Ketika lelaki yang berpakaian lusuh tersebut sudah keluar dari rumah maka Mbah Kholil mengangkat bicara "siapa di antara kalian yang mau meminum kopi bekas orang tersebut ?" tentu para tamu tidak ada yang mau, melihat orang yang meminum kopi Mbah Kholil tadi adalah orang yang sangat berpakaian lusuh dan menjijikan.


     Setelah melontarkan pertanyaan tersebut kepada para tamunya Mbah Kholil meminum kopi sisa dari minuman orang yang berpakaian lusuh tadi, dan mengatakan kepada para tamunya "ketahuilah wahai para tamuku, itu adalah Nabi Khidir As", mendengar pernyataan dari Mbah Kholil para tamu tersebut berebut bekas kopi dari orang yang berpakaian lusuh tadi, bahkan mereka juga berebut untuk mencuci gelasnya dengan niat tabarrukan.

Post a Comment

Post a Comment