9jqevJBodSbbMfiMLP15Z2iuLHJ07dWxMRgBhW0R
Bookmark

Tanda Ulama Akhirat berdasarkan Ayat – Ayat Al Qur’an

 

   
Al-habib Zein bin Ibrahim bin Smith dalam kitabnya Al-manhajus Shawi, menerangkan bahwa, secara umum Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghozali, mengelompokkan tanda ulama akhirat pada 5 bagian yang sesuai dengan isi kandungan pada 5 ayat Al-Qur’an. “berkata Al-imam Ghozali, dikatakan bahwa 5 termasuk akhlak yang merupakan tanda ulama akhirat, dipahami dari 5 ayat dari pada Al-Qur’an ; Khosyyah ( takut kepada Allah SWT ), Khusyuk, Tawadu’, Akhlak baik, dan Zuhud ( mengutamakan akhirat daripada dunia ).

Adapun Khosyah daripada ayat ;

[انما يخشى الله من عباده العلمؤا]  الفاطر : 28

“ sungguh hanyalah yang takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya adalah para ulama”
Khusyuk daripada ayat ; 

[خشعين لله لا يشترون بأيت الله ثمنا قليلا]  ال العمران : 199 

“ orang-orang yang khusyuk kepada Allah mereka tidak menukar dengan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit”

Tawadu’ daripada ayat 

[واخفض جناحك للمؤمنين]  الحجر : 88 

“dan rendahkanlah sayapmu terhadap orang-orang yang beriman”
Akhlak yang baik daripada ayat ;

[فبما رحمة من الله لنت لهم]  ال العمران : 159

“maka dengan rahmat dari Allah kamu lembut bagi mereka”
Zuhud daripada ayat ;

[وقال الذين أوتواالعلم ويلكم ثواب الله خير لمن ءامن وعمل صلحا]  القصص : 80

“dan berkata orang-orang yang diberi ilmu celakalah kalian, pahala Allah lebih baik bagi orang yang beriman dan beramal sholeh”

         Pembagian diatas jika dicermati telah mencukupi perincian imam ghozali mengenai 12 kriteria ulama akhirat, karena termasuk pokok yang harus ada pada diri seorang penyandang gelar ulama akhirat bukan hanya gelar ulama saja. Sebagai mana ketika menjelaskan tentang penyakit hati pada diri seseorang, Imam Ghozali dalam kitabnya Bidayatul Hidayah meringkas hanya pada 3 bagian saja yakni Ujub, Hasud, dan Riya’. Sedangkan dalam kitabnya Ihya Ulumiddin beliau menjelaskan panjang lebar mengenai penyakit hati.

    Membahas 12 Kriteria Ulama Akhirat dalam kitab ihya ulumiddin, didapati sebanyak 48 hadist Nabi Muhammad Saw. Yang beragam tingkat derajat hadistnya, didominasi oleh hadist sohih yakni sebanyak 14 hadist, 3 hadist hasan, 13 hadist dhaif, 6 tidak ditemukan asalnya, 7 hadist marfu’, 3 terdapat dalam kitab Maudu’at Al-imam Jauzi, 1 hadist ghorib, dan 1 hadist mursal. Walaupun demikian tidak mutlak keabsahan derajat hadist yang telah diklasifikasikan tadi,  bahwa hadist yang dikatakan dhoif atau bahkan Maudu’ bisa saja dianggap sohih oleh Imam Ahli hadist lainnya  juga bisa sebaliknya. Seperti contoh hadist Nabi Muhammad Saw :

" "تعلموا ما شئتم ان تعلموا فلن يأجركم الله حتى تعملوا

Imam Ibn Abdil Bar dengan menyandarkan hadist ini kepada Ibnu Ady, Ibn Nu’aim, dan Khotib dalam kitabnya Iqtidhoul ilmi lil amal berkomentar bahwa hadist ini dengan sanad yang Dhoif daripada sahabat Mu’adz saja, sedangkan Imam Addaramy meriwayatkan hadist ini termasuk mauquf atas Sahabat Mua’adz dengan sanad yang Sohih (Ihya Ulumiddin hal.89). Sehingga perlu pengkajian lebih dalam mengenai hadist-hadist yang terkait dengan 12 kriteria ulama akhirat dalam kitab ihya.  

Sebanyak 48 hadist terkait kriteria ulama akhirat bukan hitungan yang sedikit, terlebih hadist-hadist didalamnya didominasi dengan hadist sohih, termasuk juga 3 hadist hasan yang bisa menjadi hujjah dengan derajat ketinggian hadist keduanya. Meskipun ada hadist dhoif, Prof. Dr. Abuya Sayyid Muhammad Al-maliki dalam kitab Manhalul Lathif  (hal. 67) menjelaskan bahwa hadist dhoif bisa dipakai dengan syarat hanya pada Fadho’il Amal, targhib wa tarhib, menerangkan manakib. ini pendapat yang mu’tamad dikalangan ulama. Maknanya, bahasan tentang Kriteria  Ulama Akhirat ini sangat penting untuk dipelajari dan diamalkan baik oleh kalangan Awam terlebih oleh kalangan Ahli Ilmu. 

Dewasa ini fenomena dikalangan masyarakat, banyak orang-orang yang dianggap Ulama ada juga yang  mengulamakan diri. Mereka banyak membuat kegaduhan, tidak jarang dari ceramah-ceramah mereka isinya sentimensi terhadap pondasi-pondasi islam. Herannya masyarakat awam lebih condong terhadap ulama yang sering kali ceramahnya menuai konttroversi. padahal mereka jelas-jelas sesat dalam perkataannya, tidak terlihat khusuk, takut kepada Allah, glamor dalam kehidupan mereka, mereka mendekati para pejabat, berpenampilan beda supaya dikenal masyarakat, memfasihkan bahasa, serta tak jarang ceramah mereka hanya qusos dan lawakan saja mereka ini yang diebut dengan Ulama Syu’. Nabi Muhammad Saw bersabda ; 

العلم علمان : علم على اللسان فذلك حجة الله تعالى على خلقه و علم في القلب فذلك العلم النافع

“ ilmu itu ada 2 ; yang pertama ilmu hanya pada lisan saja maka ilmu itu akan jadi saksi buruk seorang hamba terhadap Allah, yang kedua ilmu yang ada di hati maka ilmu inilah ilmu yang bermanfaat” ( ihya ulumiddin hal.83). 

    Nabi Saw juga bersabda “ sungguh yang lebih aku takutkan terhadap kalian melebihi dajjal ada dari selain dajjal. Lalu dikatakan, apakah itu ya Rasulullah ?  dijawab “mereka itu pemimpin-pemimpin yang menyesatkan”. 

    Nabi Isa ‘Alaihissalam memisalkan ulama syu’ seperti batu keras yang jatuh ditepi sungai ia tidak menyerap air juga tidak memberi jalan untuk air mengalir ketanaman, ia seperti kloset wc luarnya mengkilap sedangkan dalamnya penuh dengan kotoran, ia seperti kuburan luarnya kelihatan makmur sedangkan dalamnya penuh dengan tulang belulang. (ihya ulumiddin hal.84).

     belum lagi penyesatan Akidah banyak terjadi dizaman sekaran ini, terlihat pandai dan fasih membawakan hadist Nabi Saw, mereka terlihat mahir membawakan ayat-ayat Al-qur’an, tapi akidah mereka sesat tidak sesuai dengan jalan Ahlu Sunnah Wal Jama’ah. Didalam kitab Tadribur Rawi (hal.48) seorang perawi bernama Ibrahim bin Isma’il ibnu ‘Ulayah dia Ahli Fiqh dan Ahli Hadist ( Fuqoha Muhaddist) namun perkataannya tidak diterima di kalangan Ulama, karena dia mempunyai paham Mu’tazilah. Bahkan Al-Imam Syafi’i berpaling dan sangat berhati-hati terhadapnya. Orang-orang seperti demikianlah mempunyai potensi besar terhadap hancurnya ummat.

Sehingga 5 kriteria ulama akhirat diatas cukup menjadi pegangan seorang awam dalam memilih kepada siapa ia mengambil ilmu dan pedoman bagi ahli ilmu dalam mengemban amanah ilmunya. lebih luas dirinci oleh Hujjatul Islam Al-imam Ghozali didalam kitabnya Ihya ‘Ulumiddin dengan membagi 12 kriteria Ulama Akhirat, lengkap dengan ayat-ayat Al-qur’an, Hadist-hadist Nabi Saw, Qisoh Para ulama terdahulu serta Analogi yang mendekatkan pehamahan. Bahasan ini akan menjadi bagian yang sangat manfaat dan menjadi keharusan bagi siapa saja untuk mengetahuinya.
Post a Comment

Post a Comment