9jqevJBodSbbMfiMLP15Z2iuLHJ07dWxMRgBhW0R
Bookmark

SEJARAH HIJRAHNYA GURU ZAINI BIN ABDUL GHANI DARI KERATON KE SEKUMPUL


     Salah satu Adab Guru Zaini bin Abdul Ghani adalah Muhibbin kepada Guru Beliau yang bernama Kh M Syarwani Abdan, Beliau selalu mengenang dan menceritakan kebiakan Kh M Syarwani Abdan Bangil, hal itu Beliau ceritakan  pada tiap moment pengajian yang di hadiri oleh ribuan jamaah, salah satu kisahnya adalah tentang hijrahnya pengajian Beliau dari desa Kraton ke Sekumpul Martapura Kal Sel.

     Al kisah ketika Kh M Zaini bin Abdul Ghani atau yang di panggil dengan "guru Ijai" berada di rumah Kh M Syarwani Abdan di Kota Bangil, kemudian guru Ijai berpamitan kepada guru Bangil yang bernama Kh M Syarwani Abdan,  untuk  bersilatur rahim kepada Kh Abdul Hamid  Pasuruan, lantas Kh M Syarwani Abdan menitipkan salam lewat guru Zaini kepada Kh Abdul Hamid Pasuruan.

     Sesampai di Pasuruan guru Zaini bertemu dengan Kh Abdul Hamid seraya menyampaikan salam dan pesan dari Kh M Syarwani Abdan, selanjutnya guru Zaini menyampaikan maksut kepada Kh Abdul Hamid Pasuruan tentang  prihal  pengajian Beliau yang saat itu berada di kraton Martapura semakin Banyak hingga meluber ke jalan umum mendekati pasar Batuah, maka guru Zaini meminta saran dan pendapat kepada Kh Abdul Hamid Pasuruan.

     Dengan suara lirih menggunakan bahasa jawa inggil Kh Abdul Hamid Pasuruan  menyarankan kepada guru Zaini untuk "Kembali" meminta saran kepada Kh M Syarwani Abdan,  kemudian sebelum pulang ke Bangil Kh Abdul Hamid mendoakanya, namun karena kyai Abdul Hamid menggunakan bahasa jawa kromo inggil dengan suara lirih, maka pengertian guru Zaini mendapat isyarat dari Kh Abdul Hamid Pasuruan, seolah olah  Beliau di perintah oleh Kh Abdul Hamid Hijrah Ke "Bali".

     Sesampainya di Bangil guru Zaini menceritakan tentang maksut perkataan Kh Abdul Hamid kepada Kh M Syarwani Abdan.

     Maka Kh M Syarwani Abdan menjelaskan bahwa yang di maksut oleh Kh Abdul Hamid Pasuruan itu bukan isyarat Ke Bali, melainkan kembali minta nasehat dan saran kepada Kh M Syarwani Abdan sebagai gurunya,  itulah adab Mereka di antara pembesar Ulama'
Oleh karena itu Kh M Syarwani Abdan menasehati dan menyarankan kepada guru Zaini bin Abdul Ghani agar Hijrah mencari lahan tanah yang sangat luas dan agak  jauh dari keramaian,  kemudian di sarankan pula untuk membuat Mushollah besar, namun Mushollah tersebut jangan di pakai untuk sholat Jum' at, saran dan nasehat guru Bangil telah di sepakati oleh paman Beliau yang bernama Guru Seman Muliya atau guru padang.

     Setelah menerima saran dan nasehat dari Kh M  Syarwani Abdan, maka ketika guru Zaini bin Abdul Ghani sampai di Martapura Beliau melaksanakan semua perintah peguruan, di antaranya guru Zaini hijrah dari kratun Martapura ke tempat desa yang lebih luas di  beri nama desa "Sakumpul", kemudian Beliau membangun sebuah Mushollah besar yang di beri nama "Ar Radhah" yang artinya taman Surga, hingga sekarang Mushollah Arraudhah tidak di pakai untuk sholat Jum' atan, hal itu merupakan pesan dan saran dari Kh M Syarwani Abdan yang di sepakati oleh guru padang, yaitu guru Seman Mulya, selang beberapa tahun kemudian berkat berdiam di Sekumpul dengan segala aktifitas pengajian dan pembacaan Maulid dan lain lain, maka guru Zaini bin Abdul Ghani di panggil oleh masarakat Banjar sebagai  "guru Sekumpul".

     Demikianlah kisah hijranya Kh M Zaini Bin Abdul Ghani atas perintah dan saran dari Kh M Syarwani Abdan yang di panggil dengan sebutan "Guru Bangil" dan mendapat persetujuan dari paman Beliau bernama guru Seman Muliya.

Artikel ini bersumber dari tulisan facebook Fanlie, tanpa mengubah sedikitpun dari tulisan tersebut. Penulis ini memiliki nama asli Abdul Basyir, yang biasa menjadi pembawa acara kegiatan ke agamaan di Kota Bangil, Pasuruan, Jawa Timur.
Post a Comment

Post a Comment