9jqevJBodSbbMfiMLP15Z2iuLHJ07dWxMRgBhW0R
Bookmark

SEJARAH NADZIR DAN TAKMIR MASJID AGUNG BANGIL



    Masjid Agung Bangil sebagai bukti peninggalan sejarah kadipaten Bangil, diantaranya terdapat makam dua Adipati Bangil yang berada di belakang Masjid Agung Bangil, di antaranya :

1. Makam Raden Kanjeng Tumenggung Noto  Hadi ningrat
2. Makam Raden Kanjeng Tumenggung Sunjoto Ningrat
3. Makam Raden Kanjeng Tumenggung Kromo joyo Ningrat, yang makamnya berada di TPU  Segok Bangil.

    Karena terjadi sesuatu Hal di Zaman pemerintahan Balanda, maka pemerintah kadipaten Bangil di pindahkan ke Pasuruan Kota, sehingga Masjid Yang dulunya di urus oleh pemerintah kadipaten Bangil melalui ulama' pemerintah yang bergelar Suronoto, kini pemerintah kadipaten Bangil tidak lagi mengurusi Masjid Agung Bangil tersebut.

    Sehingga para ulama' Bangil terpanggil dan merasa berdosa bila Masjid Agung Bangil, tidak ada lagi yang mengurusinya, kemudian atas inisiatif para Ulama' Bangil saat itu, maka terjadilah pertemuan Antara para Ulama' Bangil dengan Bupati Pasuruan kota, maksut dan tujuanya untuk menyerahkan ke pengurusan Masjid Agung Bangil dari pemirintah kadipaten Bangil di limpahkan kepada para Ulama' Bangil sebagai Sulachul Balad yang meliputi Desa Kauman, Desa Bendomungal, Desa Kersikan dan Desa Kidul Dalem, serta penduduk muslim sekitar desa tersebut sebagai Ahlul Balad dari Masjid Agung Bangil.

    Pasca di serahkan penguruasan Masjid Agung Bangil oleh pemerintah kadipaten Bangil  kepada para Ulama' , maka  para Ulama' Bangil mengadakan pertemuan di Masjid Agung Bangil pada tanggal 15 juni 1933 M, yang di hadiri oleh beberapa Ulama' terpandang selaku sulachul Balad, di antaranya: 

1. Kh Hasan Muhdor dari Gondang desa Bendungal Bangil.
2. Kh Abu Hasan dari timur Alun desa kersikan Bangil.
3. Kh Bajuri dari desa kidul Dalem Bangil.
4. Kyai Ahmad dari pandean desa kidul Dalem Bangil.
5. Kh Rofii dari kandang Sapi desa kidul dalem Bangil.
6. H Said dari kampung Baru desa kidul dalem Bangil.
7. Kh Amad Soronoto dari desa Kauman Bangil.

    dan di hadiri oleh jamaah kaum muslimin Bangil. Dari rapat tersebut telah terbentuk Nadzir dan pengurus baru sebagai takmir Masjid Agung Bangil, sekaligus merenovasi dan memperluas Bangunan Masjid Agung Bangil.

    Sejak itulah berahir pula sejarah ulama' yang  bergelar SURONOTO di Madjid Agung Bangil,
Kemudian Nadzir dan Takmir Masjid Agung Bangil yang di bentuk oleh para Ulama' Bangil sebagai Sulachul Balad, tidak lagi menerima gajih ( sahriyah ) dari pemerintah kab Pasuruan,
Lambat laun dalam rangka menjaga ketertiban dan kemakmuran Masjid Agung Bangil, agar tidak terjadi sesuatu hal di kemudian hari، maka Nadzir dan Takmir pada tahun 1980 mendaftarkan ke kantor Notaris guna membuat pengurus yayasan Masjid Agung Bangil, hal itu untuk mengantisipasi berbagai persoalan di kemudian hari.

    Demikian sejarah singkat Nadzir dan takmir Masjid Agung Bangil yang kini menjadi yayasan takmir Masjid Agung jamik Bangil.
Post a Comment

Post a Comment