9jqevJBodSbbMfiMLP15Z2iuLHJ07dWxMRgBhW0R
Bookmark

Kisah Imam Haddad dan seorang anak kecil


     Al-Habib Abdullah bin ‘Alwi al-Haddad memiliki akhalak seperti baginda nabi Muhammad saw dan perangai Rasulullah saw, beliau seorang yang pemaaf, mengajak kepada kebaikan, berpaling dari orang-orang yang lalai. Al-Habib Abdullah bin ‘Alwi al-Haddad menghadapi orang-orang yang menyakiti beliau dengan sifat pemaaf dan cita kasih.
    
    Beliau adalah teladan dalam semua perbuatan dan ucapannya. Al-Habib Abdullah bin ‘Alwi al-Haddad adalah seorang yang tinggi semangat dan tekatnya dalam agama, amat sangat dermawan, dan selalu memuliakan tamu. Al-Habib Abdullah bin ‘Alwi al-Haddad pernah berkata: “Aku menjalani pagi dan sori hari dan tidak ada sedikitpun dalam hatiku rasa dendam dan dengki kepada siapapun.” 

    Al-Habib Ali Zainal Abidin al-Kaff menceritakan kisah al-Habib Abdullah bin ‘Alwi al-Haddad yang mengagumkan pada Suatu ketika di bulan Dzulhijjah, seorang anak yang sedikit lemah pemikirannya disuruh menajamkan pisau oleh ayahnya."Nak, berangkatlah untuk menajamkan pisau ini ke Haddad (tukang pandai besi) untuk menyembelih kurban nanti." Anak ini pun berfikir di mana dia bisa menemukan Haddad. Dia pun ingat tentang haddad yang sering dibicarakan orang-orang.


     Dia pun berangkat kesana. Setelah sampai, ketika itu al-Imam al-Habib Abdullah bin ‘Alwi al-Haddad sedang mengisi pengajian, ditunggulah oleh anak itu. Ketika sudah selesai, ditemuilah al-Imam al-Habib Abdullah bin ‘Alwi al-Haddad oleh anak itu. "Apakah engkau Haddad?" tanya anak itu. "Iya, ada perlu apa engkau datang ke sini, Nak?" jawab seseorang yang dipanggil Haddad tadi. "Ini ada Salam dari ayahku. Minta ditajamkan pisau ini. Cepat ya. Soalnya mau dibuat menyembelih kurban," ucap sang anak dengan menyerahkan uang bayarnya.
    
     "Oh baiklah. Besok datanglah lagi kemari untuk mengambilnya." Anak inipun pulang. Sesampainya di rumah ayahnya bertanya,"Mana pisaunya?" "Besok" kata al-Imam al-Habib Abdullah bin ‘Alwi Al-Haddad." Ayahnya pun heran. Mengapa sampai satu hari, tidak langsung dikerjakan.

     Namun hal itu tidak ditanyakannya lagi. Hingga keesokan harinya, setelah anak itu pulang mengambil pisau, ayahnya bertanya, "Mana pisaunya?" "Ini. Uangnya dikembalikan oleh Haddad. Dia tidak mau dibayar." Ayahnya pun semakin heran dan bertanya: "Memangnya dimana tempat Haddad itu?" "Jauuh. Di Alhawi sana." Ayahnya keheranan: "Alhawi? Haddad siapa disana?" "Iya haddad di Alhawi." "Haddad di Alhawi? "Iya. Abdullah al-Haddad.

    ""Astagfirullah! Itu al-Imam al-Habib Abdullah bin ‘Alwi al-Haddad ulama besar, bukan tukang pandai besi."Malu bukan main ayah si anak tersebut. Dia pun bergegas menemui al-Imam al-Habib Abdullah bin ‘Alwi al-Haddad. "Wahai Imam, maafkanlah anakku. Dia memang sedikit lambat pemikirannya." Dan apa jawaban beliau? "Tidak apa-apa. Kami malah berterima kasih.

     Dengan ini kami jadi ikut mengambil bagian dari acara kurban nanti." Subhanallah, begitulah indahnya akhlak al-Imam al-Habib Abdullah bin ‘Alwi Al-Haddad. Beliau benar-benar tawadhu dan tetap berusaha membantu orang lain padahal beliau bukan tukang pandai besi. 
Post a Comment

Post a Comment