9jqevJBodSbbMfiMLP15Z2iuLHJ07dWxMRgBhW0R
Bookmark

Mengenal Buya Hamka Ulama yang bela Negara dan agama


HAMKA :  SOSOK ULAMA YANG BELA NEGARA DAN AGAMA

Oleh: Muhammad Rifky

“Tuan boleh kata muslim itu fanatik, tapi tuan juga harus dengan kata hati tuan bahwa itu adalah modal besar bagi kemerdekaan Indonesia. Untuk tuan tahu, itu bukanlah fanatik, itu adalah gairah”  (HAMKA).

    Kata bijak Hamka diatas menunjukan bahwa orang muslim memiliki peran besar dalam kemerdekaan. Kuatnya seorang muslim dalam berpegang teguh pada agama, hingga ilmu agama yang mendalam di hati para pejuang merupakan salah satu sebab semangat reformasi yang mereka miliki untuk membawa Indonesia ke gerbang kemerdekaan. 

    Di awal era kemerdekaan, dengan fasilitas yang minim, Indonesia dapat mencetak para tokoh muslim yang berjasa dalam memerdekakan dan memajukan Indonesia seperti Ki Hadjar Dewantara yang memiliki peran besar dalam bidang pendidikan di Indonesia, Agus Salim sebagai pimpinan Organisasi Serikat Islam dan KH Hasyim Asy'ari yang memotori Resolusi Jihad yang membangkitkan semangat juang para Santri untuk bangkit melawan penjajah.

    Termasuk dari mereka adalah Hamka. Lahir dengan nama Abdul Malik Karim Amrullah. Dikenal dengan nama pena Buya Hamka. Hamka adalah seorang ulama,  dan sastrawan yang ikut berjuang dalam memerdekakan Indonesia. Ia terkenal hingga ke negeri Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand, dan dunia Islam mancanegara.

    Hamka mempelajari berbagai bidang ilmu seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik dengan metode otodidak. Dengan ilmu bahasa Arabnya yang mumpuni, Hamka mampu meneliti karya para tokoh besar di Timur Tengah, Perancis, Inggris dan Jerman.

    Dengan didikan sang ayah yang dikenal sebagai ulama dan pejuang , Hamka mempelajari ilmu agama dan bahasa arab di Sumatera Thawalib di Padang Panjang yang didirikan ayahnya sendiri saat berusia 10 tahun. Di usia muda, ia sangat aktif mempelajari ilmu agama di surau yang diberikan oleh tokoh ulama populer kala itu sehingga menjadikan Hamka mempunyai latar belakang agama yang kokoh.

    Hamka dikenal sebagai pengelana di masa muda. Pada usia 16 tahun ia merantau dan menimba ilmu di pulau Jawa. Hamka mempelajari tentang gerakan Islam modern kepada HOS Tjokroaminoto, Ki Bagus Hadikusumo, RM Soerjopranoto, dan KH Fakhrudin. Hamka juga mengikuti berbagai diskusi pergerakan Islam di Abdi Dharmo Pakualaman, Yogyakarta.

    Diusia 19 tahun, pada tahun 1927 Hamka mengabdikan diri sebagai seorang guru di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan. Pada tahun 1945 Hamka juga mendirikan Madrasah Mubalighin. Saat itulah ia menyalurkan kemampuannya  dalam menulis hingga melahirkan beberapa karya tulis, antara lain, Negara Islam, Islam dan Demokrasi, Revolusi Pikiran, Revolusi Agama, Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi, dan Dari Lembah Cita-Cita. Namun Pada tahun 1949 Hamka memutuskan untuk menuju Jakarta.

    Selain sebagai ilmuan, Hamka juga ikut serta dalam mengusir penjajah , ia bergerilya bersama Barisan Pengawal Nagari dan Kota (BPNK) selama revolusi fisik Indonesia, menyusuri hutan pengunungan di Sumatra Barat untuk menentang kembalinya Belanda. Revolusi Nasional Indonesia adalah sebuah konflik bersenjata dan pertentangan diplomasi antara Republik Indonesia yang baru lahir melawan Kerajaan Belanda dibantu oleh pihak Sekutu dengan tujuan ingin kembali menguasai Indonesia.

    Revolusi ini berujung pada berakhirnya pemerintahan kolonial Hindia Belanda di Indonesia dan mengakibatkan perubahan struktur sosial; kekuasaan raja-raja mulai dikurangi atau dihilangkan. Peristiwa ini dikenal dengan "revolusi sosial", yang terjadi di beberapa bagian di pulau Sumatra.

    Hamka dilantik menjadi ketua umum Majelis Ulama Indonesia pada tahun 1977 dan memiliki pengaruh yang besar saat itu. Majelis Ulama Indonesia didirikan dengan tujuan untuk memperbaiki pelayanan umat Islam secara perseorangan dan secara organisasi mengenai soalsoal keagamaan khususnya, dan soal-soal masyarakat pada umumnya. Selama kepemimpinan Hamka, MUI memiliki hubungan yang dikatakan rumit dengan pemerintah. 

    Hamka pernah tidak bersedia untuk menjadi ketua MUI. Akan tetapi ia menerima dengan beberapa alasan. Yaitu pertama, bekerjasama dengan pemerintah untuk melawan komunis merupakan suatu kebutuhan. Kedua, untuk menghindari upaya dari pemerintah dalam memodernisasi rakyat Indonesia yang sebagian besar muslim yang dinilainya lebih mengarah pada westernisasi dan sekuler.

    Hamka pertama kali berpidato sebagai ketua MUI pertama di Indonesia mengungkapkan kerendahan hatinya, ia nyatakan bahwa meski mengetuai MUI , ia bukanlah sebaik-baiknya Ulama. Meski ia terkenal. Ia mengatakan "Tapi kepopuleran bukanlah menunjukkan bahwa saya yang lebih patut." Selama menjabat, Hamka enggan menerima gaji. Ia  juga memilih menjadikan Masjid Agung Al-Azhar sebagai pusat kegiatan MUI. Hamka dikenal dengan pendiriannya yang kokoh dalam membela kebenaran, tokoh yang rendah hati, berbudi luhur dan pemaaf kepada siapa saja.

    Hamka dalam hubungannya dengan pemerintah Orde Baru, berusaha untuk membantu pemerintah jika sejalan dengan kepentingan umat Islam, dan berusaha untuk mengkritik kebijakan yang bertentangan dengan Islam. Tindakan tersebut dapat dilihat dari apa yang dilakukan Hamka yang mendatangi Presiden Seoharto pada tanggal 17 September 1975 yang meminta Soeharto untuk melindungi umat Islam dari proses kristenisasi (MUI, 2005).

    Permintaan tersebut memang tidak segera ditanggapi oleh pemerintah, Baru pada masa menteri Agama Alamsjah, permintaan MUI itu ditanggapi dengan dikeluarkannya keputusan pemerintah tentang aturan pembatasan penyiaran dan penyebaran agama, serta kewajiban permintaan izin bagi bantuan asing yang diperuntukan bagi lembaga keagamaan di Indonesia.

    Dalam karirnya sebagai ketua MUI, Hamka sukses mewakili suara umat Islam Indonesia dalam urusan keagaamaan. Mantan Menteri Agama H.A. Mukti Ali mengungkapkan "Berdirinya MUI adalah jasa Hamka terhadap bangsa dan negara. Tanpa Buya, lembaga itu tak akan mampu berdiri."

    Universitas al-Azhar dan Universitas Nasional Malaysia menganugerahkannya gelar doktor kehormatan, sementara Universitas Moestopo, Jakarta mengukuhkan Hamka sebagai guru besar. Namanya disematkan untuk Universitas Hamka milik Muhammadiyah. 

     Presiden Soeharto menganugerahkannya Bintang Mahaputera Utama pada tahun 1993 atas jasa-jasanya pada negara. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga  memberi gelar pahlawan Nasional pada Hamka. Pena Hamka melahirkan lebih dari 120 karya keilmuan. Salah satunya yang paling fenomenal adalah Tafsir Al-Azhar yang berisi terjemahan Al-Quran sebanyak 30 juz lengkap. 

    Dalam sejarah Hamka, generasi muda Indonesia mempunyai tokoh yang dapat dijadikan teladan. Dalam semangat juang, mengangkat senjata mengusir penjajah  , juga dalam Pengabdiannya kepada negara. 

    Dengan ilmu agama yang ia miliki, Hamka bertekad menjadikan rakyat Indonesia sebagai individu yang beriman dan berpegang teguh kepada agama, membela kebenaran dan melawan kemungkaran. Bahkan, beberapa kali Hamka dijebloskan ke penjara karna perseteruan politik, hingga tuduhan-tuduhan palsu dari orang yang tidak sependapat dengan fatwa yang ia berikan.
 
    Sayangnya, banyak generasi muda yang tak mengenal sosoknya ketokohannya. Nama besar Hamka justru lebih dihormati negara tetangga. Dilihat dari kunjungan masyarakat ke Museum Buya Hamka yang lebih didominasi wisatawan Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam ketimbang wisatawan lokal.

    Jika melihat fasilitas yang tersedia di era Milenial ini, para pemuda sebenarnya dapat menjadi tokoh yang lebih hebat dari pendahulunya. Hanyasaja kurangnya semangat, hingga pengaruh sosial yang tidak baik menyebabkan  kurangnya semangat dalam menuntut ilmu dan rendahnya semangat juang untuk memajukan negeri.

    Kurangnya minat genereasi penerus bangsa terhadap Ilmu pengetahuan dapat berpengaruh terhadap lambatnya perkembangan suatu negara. Karna majunya suatu negara bukan hanya ditinjau dari perkembangan ekonomi dan indrusti, namun juga pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan tingginya semangat generasi muda dalam memajukan suatu negara adalah kunci utama untuk mencerahkan masa depan negeri.
Post a Comment

Post a Comment