9jqevJBodSbbMfiMLP15Z2iuLHJ07dWxMRgBhW0R
Bookmark

Makna dari TRADISI MERUNCINGKAN GIGI MENTAWAI

Tradisi Meruncingkam Gigi Suku Mentawai


GoresanNews - Suku Mentawai dari Kepulauan Mentawai memiliki tradisi unik yaitu tradisi gigi runcing.

Tradisi ini merupakan tradisi mengerikan atau meruncingkan gigi pada wanita memang cara yang dilakukan oleh suku ini sedikit aneh karena penilaian serta tradisi dalam suku Mentawai gigi runcing sebagai tanda kecantikan dan masih dilakukan oleh beberapa wanita suku Mentawai. 

Tradisi ini biasanya diberlakukan ketika wanita di suku Mentawai ini sudah mencapai kedewasaan, Hai tradisi gigi runcing pada wanita suku Mentawai ini sudah ada sejak zaman dahulu dan sudah dijadikan tradisi turun-temurun. 

Bayangkan wanita dewasa suku Mentawai harus mengalami kesakitan saat giginya diruncingkan tanpa dibius Pasti sangat sakit namun wanita suku Mentawai ini harus melakukan ritual ini agar sebagai wanita dewasa yang cantik, semakin runcing gigi wanita dewasa semakin cantik dan menawan wanita-wanita tersebut.

Jadi jangan heran jika tradisi kritik gigi sangat dinantikan oleh wanita-wanita di suku Mentawai namun kini tradisi ini tidak lagi menjadi suatu kewajiban yang dilakukan oleh para wanita di Mentawai yang masih melakukan tradisi ini adalah istri orang yang dihormati di kalangan masyarakat Mentawai.

Tradisi meruncingkan gigi biasanya dilakukan saat seorang wanita Mentawai akan menikah Selain sebagai simbol kecantikan tradisi ini memiliki makna yang jauh lebih dalam dari sekedar kecantikan wanita ,suku Mentawai memiliki kepercayaan turun-temurun bahwa dengan meruncingkan Gigi tubuh dan jiwa mereka dapat terjaga keseimbangannya. 

Masyarakat Lay mempercayai bahwa manusia memiliki dua wujud yang tidak akan musnah wujud tersebut terdiri dari arwah dan tubuh jika mereka tidak menyukai penampilan fisik mereka mereka akan mendapatkan penyakit .Oleh karena itu para wanita dewasa Mentawai harus memungkinkan giginya sehingga mereka merasa cantik dan jiwa mereka selalu panjang umur serta bahagia walaupun proses mengering gigi ini menyakitkan. 

Terdapat pesan yang didapat oleh para wanita Mentawai dalam tradisi ini setiap kesakitan yang diderita akan membawanya dalam proses pendewasaan dan penemuan jati diri, proses adat tradisi gigi runcing ini nggak bisa dilakukan oleh sembarang orang prosesi ini hanya bisa dilakukan oleh ketua adat suku Mentawai alat yang digunakan adalah sebilah perangkat dari kayu atau besi yang sudah diasah sampai tajam. 

Ketika ketua adat memulai prosesi meruncingkan gigi ketua adat melakukan proses meruncingkan satu gigi sekitar waktu 30 menit tanpa istirahat gigi akan berbentuk runcing mirip seperti gigi taring untuk menahan rasa sakit saat proses pengeringan gigi wanita dari suku Mentawai biasanya menggigit pisang yang masih mentah dan keras.

Setelah menyelesaikan pengerikan satu gigi wanita yang dikritik giginya nggak akan diberi waktu untuk beristirahat lama mereka hanya bisa menghela napas dan melanjutkan lagi prosesi pada gigi selanjutnya, penduduk suku Mentawai percaya bahwa wanita yang memiliki gigi runcing seperti hiu memiliki nilai lebih daripada yang tidak bergigi runcing. 

Hal ini kemudian membuat wanita suku Mentawai melakukan tradisi tersebut meski harus menahan sakit yang luar biasa ketika proses peruncingan gigi  tradisi ini sebenernya memiliki makna untuk mengendalikan diri dari enam sifat buruk manusia yang sudah tertanam sejak dulu atau yang dikenal dengan nama Satria 26.

Sifat buruk ini adalah hawa nafsu atau yang disebut Kama Tama atau yang disebut Lova marah atau yang disebut kroda mabuk atau yang disebut Mada Hai iri hati atau matsarya dan bingung atau yang disebut Moha hai pilong ih .

Post a Comment

Post a Comment