9jqevJBodSbbMfiMLP15Z2iuLHJ07dWxMRgBhW0R
Bookmark

Makna di Balik Tradisi Dugderan Menyambut Ramadan

Tradisi dugderan


GoresanNews - Makna dibalik dari perayaan hidup jalan ini atau Tradisi dugderan seperti apa tidak heran itu sebenarnya mengandung filsafat, dugderan ini merupakan warisan budaya di Kota Semarang yang sebenarnya sudah berlangsung sejak tahun 1883 lalu kita perhitungkan sekarang itu udah 137 tahun. 

Penuturan warisan budaya di situ Sebenarnya dulu digagas oleh Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Ario Purbalingga beliau ingin menjelang puasa itu dirayakan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan cara dhugdheran yang dimana di dalam kegiatan itu ada dua kegiatan utama sebenarnya yang pertama adalah pasar malam yang murah semarang tersebut mendengar laksanakan 10 hari sebelum puasa dengan harapan masyarakat bisa datang ke dogeran membeli persiapan untuk bulan puasa ,tetapi juga mereka itu bersenang-senang menyambut puasa itu yang pertama.

yang kedua Kanjeng Raden Mas Tumenggung Ario purbaningrat kita mengharapkan ketika kita ini mau berpuasa itu seyogyanya semua umat Islam itu secara bersama-sama tidak berbeda hari maka disitulah dikatakan bahwa Kanjeng Bupati menginginkan para ulama itu mengadakan sidang isbat. Jadi kalau sekarang ada sidang isbat di Jakarta khususnya akhirnya para ulama mengadakan sidang isbat kmudian disepakati dan itu ditulis di dalam bentuk naskah yang disebut dengan suku-suku itu karena hasil musyawarah disebut dengan cukup halaqah suku balaco itu oleh para ulama diserahkan kepada Kanjeng Bupati Aryo purboningrat untuk Diumumkan kepada masyarakat.

Ketika diumumkan Kanjeng Bupati setelah menemukan beliau memukul bedug dengan bunyi aduk kemudian disertai dengan meriam der dor Tengah terjadi yang lamanya proses dugderan gitu ya jatibedug sama meriam yang setiap tahun, setiap tahun enggak pernah dilewatkan dan ada-ada perkembangan Terus mungkin sampai yang terakhir ini kalau dulu itu hanya disekitar Masjid Agung Karena dulu kan pusat pemerintahan berada di alun-alun bahwa pedagang. 

Lalu sebelah selatan Itu ada yang namanya kandungan-kandungan itu tempat Bupati sekarang karena Kantor Wali kotanya berada di jalan-jalan muda maka proses itu garam dikembangkan tidak hanya di masjid Kauman dan alun-alun tetapi juga kita bawa ke balai kota dimana Pak Walikota itu berperan sebagai Kanjeng Bupati Aryo Purbalingga Oh jadi bercerai kembali seperti makanya beliau diundang ke masjid Kauman untuk menerima suhuf kedatangan Bapak Walikota yang berperan sebagai Kanjeng Bupati Aryo purboningrat itu tentu diarak dengan manggoloyudo uangnya Muspida dengan masyarakat berbagai masuk lapisan karena disitu tidaknya umat Islam Nasrani juga ikut.

Kegiatan-kegiatan yang makanya tidak heran itu mengandung filsafat satu yang namanya Semarang adalah kota yang majemuknya yang masyarakat harus dipahami yang kedua di dalam kemajemukan itu harus kita laksanakan bersama-sama untuk membangun baldatun toyyibatun warobbun Ghofur karena di dalam konsep Islam itu adalah rahmatan lil alamin memberikan rahmat kepada siapa saja. 

0

Post a Comment